Dalam tuturan kronologi wacana seni kontemporer dunia,
performance art memang tak pernah lepas dari kekuatannya utnuk membuat audiens terhenyak dan membahasnya.
Di awal mula sejarahnya di Perancis, peristiwa seni performa ditunjukkan melalui sebuah foto karya Harry Shunk [1924-2006], --fotografer yang lahir di Italia keturunan Austria yang menetap di Paris setelah perjalanan panjangnya ke Inggris dan Irlandia kemudian sejak 1957-- yang mengetengahkan adegan gerakan artis lokal Yves Klein (1928-1962) tampak dalam aksi tengah melompat alias terjun bebas dari sebuah tembok tinggi/ lantai kedua di sebuah rumah siap terjerembab di atas jalan raya Rue de Gentil-Bernard di Fontenay-aux-Roses yang tengah sepi dan lengang. Foto yang ditampilkan ini berjudul Le Saut dans le Vide /Leap into the Void, Oktober 1960. Yves Klein adalah salah seorang artis yang dianggap terpengaruh oleh para Satrianist [penganut Sartre].
Aksi dalam foto tersebut merupakan pengejewantahan/ metafora sang artis untuk menunjukkan kebodohan publik yang terhempas oleh ketamakan materialisme dunia.
Foto tersebut menjadi pembahasan publik yang bersifat kekal hingga kini, khususnya di bidang seni performa [
performance art], dimana
genre ini merupakan sebuah gerakan yang dipicu oleh masalah sosial politik. Harry Shunk pun turut menjadi tokoh penting dalam kejadian tersebut. Foto tersebut merupakan rekayasa melalui tehnik fotografi, hasil kerja bersama pasangannya Janos [John] Kender dan rekan-rekannya dalam
Nouveau Realiste [Realis Baru] antara lain: Arman, Jean Tinguely, Niki de Saint Phalle dan Christo di studio mereka di Paris. Konsistensi mereka dalam bereksperimen dalam fotografi merupakan versi kontinen di rancah
pop-art. Pergerakan
genre baru dalam kancah seni kontemporer yang berlabel
non-art ini sebetulnya telah lama bergolak khususnya di negara Perancis. Sebagai kawasan
melting point sejak dahulu kala, Perancis menjadi medium penggodogan berbagai kegelisahan para pemikir dan kreator di berbagai belahan bumi, khususnya Eropa.
Semenjak munculnya istilah
avant-garde oleh Henri de Saint-Simon di tahun 1825 dengan kumpulannya yang terdiri kaum cendekiawan, ilmuwan dan industrialis, sikap pendobrakan terhadap seni konvensional mulai bergerak.
Salon de Refusés adalah bentuk penolakan para seniman
avant-garde di tahun 1863 atas Paris Salon di ruang-ruang akademika. Pementasan Ubu Roi karya Alfred Jarry di Paris [1896] adalah awal
performance yang menggugah pemikiran atas perspektif baru.
Perang Dunia I semakin mengobarkan pemikiran ini. Keberadaan Cafe Simplisismus di Zurich sejalan dengan pernyataan “
Parole et Liberta” oleh FT Marinetti penggagas Futurisme di Venice yang hadir kemudian di koran Le Figaro, Paris [1909] dan menjadi gerakan serentak hingga ke Jepang, tak lama 3 bulan setelahnya dan menyulut keberadaan Kelompok Gutai.
Di Paris inilah para kaum Dada [Tristan Tzara dsb.] dari Munich 'hijrah' [1919] dan selanjutnya gerakan yang didasari oleh faham
anti-fascist ini menuju New York diusung oleh para senimannya antara lain André Breton bersama Marchel Duchamp dan Francis Picabia. Semenjak keberadaannya di negeri kapitalis ini, publikasi semakin menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Di masa eksistensialisme, Simone de Beauvoir, Jean Genet dan Jean-Paul Satre menyebutnya ‘
combative art’ sebagai bagian dari sebuah revolusi politik dan artistik. Eksistensialisme merebak di tahun 1950an. 1954, di Paris, Georges Mathieu melakukan
performance dalam gerak teatrikal dengan menyapukan tubuhnya ke atas kanvas. Istilah
performance art mulai dikukuhkan.
Perancis, sampai detik ini masih menyimpan sejarah pekat atas perkembangan seni performa [
performance art]. Seusai masa Perang Dunia II hingga di abad Millenium ini, nama-nama
performance artist yang dikenal publik adalah antara lain: Gina Pane, dan kini hadir Orlan,
performance artist yang acapkali melakukan bedah plastik di wajahnya [
plastic surgery] yang cantik. Periode terkini, perkembangan
performance art di Perancis justru berada di wilayah-wilayah daerah, tak hanya Paris sentris. Sebuah festival yang merupakan tempat berkumpulnya para periset sekaligus
performance artist, kurator dan organizer baik di Perancis mau pun kawasan Eropa [dan akhir-akhir ini Asia], secara ajeg setiap tahun --semenjak 2005-- diselenggarakan di Sète, bertajuk
Infr'Action.
[Atieq S S Listyowati]